Warga Padukuhan Kerjo Menggelar Acara Ruwatan

Rintan A 21 Juni 2017 11:03:04 WIB

NGESTIREJO (SIDA). Pasangan suami-istri, Bapak Ngadiman dan Ibu Tukinem baru-baru ini menggelar acara Ruwatan untuk meruwat kedua anak perempuannya yang bernama Kartilah dan Wasinah. Dalam budaya Jawa dua anak perempuan ini disebut Kembang Sepasang. Kembang Sepasang merupakan salah satu kriteria yang menurut kepercayaan budaya Jawa, dalam hidupnya di dunia ia akan tertimpa nasib buruk, sehingga perlu dilakukan acar ruwatan untuk meruwat anak tersebut.

Kata “ruwat” mempunyai arti terlepas (bebas) dari nasib buruk yang akan menimpa. Ruwat atau meruwat berarti upaya manusia untuk membebaskan seseorang yang menurut kepercayaan akan ditimpa nasib buruk, dengan cara melaksanakan suatu upacara dan tata cara tertentu. Sehingga maksud dari diselenggarakannya upacara Ruwatan ini adalah agar anak dari pasangan Bapak Ngadiman dan Ibu Tukinem tadi terhindar dari nasib buruk dan ancaman marabahaya atau malapetaka yang melingkupinya.

Acara Ruwatan ini digelar Sabtu pagi (18/6) lalu di rumah bapak Ngadiman. Dalam acara ini ditampilkan pagelaran Wayang Kulit dengan lakon Bathara Kala Golek Pangan. Dalang yang memainkan ini adalah Ki Dalang Sanggem. Dalam cerita ini Bathara Kala yang sudah dewasa diperintahkan turun ke Archapada (bumi) untuk mencari makanannya sendiri, yakni manuasia dengan kriteria-kriteria seperti : Untang-Anting (anak tunggal laki-laki), Unting-Unting (anak tunggal perempuan), Kedono-Kedini (dua anak laik-laki dan perempuan), Kembang Sepasang (dua anak perempuan), Uger-Uger Lawang (dua anak laki-laki), Pancuran Keapit Sendang (tiga anak : perempuan-laki-laki-perempuan), Sendang Keapit Pancuran (tiga anak perempuan : laki-laki-perempuan-laki-laki), Cukit-Dulit (tiga anak laki-laki), Sarombo (empat anak laki-laki), Pandowo (lima anak laki-laki), Gotong Mayit (tiga anak perempuan), Sarimpi (empat anak perempuan), Ponca Gati (lima anak perempuan), Kiblat papat (empat anak laki-laki dan satu anak perempuan), Pipilan (empat anak perempuan dan satu anak laki-laki), Padangan (satu anak perempuan dan empat anak laki-laki), Sepasar (lima anak laki-laki dan perempuan), Pandawa ngedangno (Tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan). Dalam pagelaran ini disajikan sesaji khusus untuk Bathara Kala, dan pada akhir acara pagelaran wayang ruwatan ini, Ki Dalang membacakan mantra-mantra dengan diiringi gamelan, langgam, dan gending tertentu. Konon mantra-mantra ini untuk menolak bala (mengusir Bhathara Kala).

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung